Struktur dan Komposisi Tegakan Mangrove di Pantai Paradiso, Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang, NTT Pantai Paradiso merupakan salah satu tempat wisata di Kota Kupang. Informasi tentang susunan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhandi hutan mangrove Paradiso belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang susunan, komposisis dan struktur di hutan mangrove Paradiso yang dapat dijadikan bahan acuan dalam pengelolaan hutan mangrove kedepannya. Metode yang digunakan adalah analisis vegetasi menggunakan metode jalur transek, sebanyak 9 plot dengan ukuran 2 x 2 m, 5 x 5 m dan 10 x 10 m yang dilakukan di hutan mangrove Paradiso. Berdasarkan hasil penelitian, Avicenia marinna dan Rhizopora sp adalah 2 jenis mangrove yang terdapat di hutan mangrove pantai Paradiso. Struktur vegetasi mangrove di hutan mangrove pantai Paradiso tergolong kedalam stratum C- E dilihat dari tinggi tumbuhan dalam setiap fase pertumbuhan.Komposisi vegetasi mangrove di hutan mangrove pantai Paradiso berdasarkan hasil analisis vegetasi menunjukan nilai Kerapatan, Frekuensi, Dominansi serta INP jenis Avicenia marinna lebih tinggi dibandingkan dengan jenis Rhizopora sp. pada semua fase pertumbuhan. Hal ini menunjukan keberadaan Avicenia marinna mampu beradaptasi dengan lingkungan dari pada Rhizopora sp. Wilhelmina SeranWilhelminaSeran Research Article Open Access 12 May 2019 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.12.1.34-42 PDF (681KB) 596 views Abstract 1985 views Volume 12, No. 1, P: 34-42
Composition and Density of Gastropode in Mangrove Habitat of Banyuurip, Ujung Pangkah - Gresik Gastropods are one of the biota that live in association with mangrove habitat. This study aims to compare the species composition and structure of the gastropod community in different mangrove habitats. This research was conducted in Banyuurip Mangrove Center (BMC), Ujung Pangkah-Gresik during July-August 2020. Determination of the observation station purposively based on physical differences in mangrove habitat. Estimation of mangrove and gastrode density by systematic sampling method using belt transects. There were 12 mangrove species with the highest number of species in the coastal mangrove habitat, with the highest species composition and density of Avicennia marina. The highest mangrove density was found in coastal mangrove habitats for all criteria. The number of gastropods found were 2,171 specimens belonging to 15 species, 5 families and 5 orders. The highest number of species, families and orders in coastal mangrove habitat were 1,191 specimens, 11 species from 5 families and 5 orders, the lowest was in estuarine mangrove habitat as many as 980 specimens from 9 species, 2 families and 2 orders. Densities of gastropods differ between mangrove habitats, with the highest density in coastal mangrove habitats and the lowest in estuarine mangrove habitats. The composition and density of the highest gastropods species in the estuary mangrove habitat is Cassidula aurisfelis and in the coastal mangrove habitat is Pirenella cingulata. The importance of conservation and rehabilitation efforts for mangroves that have been degraded to support the gastropods associated in it. Eka Nur ArifiantiEkaNurArifiantiHusain LatuconsinaHusainLatuconsinaHasan ZayadiHasanZayadi Research Article Open Access 03 Apr 2021 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.14.1.65-72 PDF (1MB) 157 views Abstract 491 views Volume 14, No. 1, P: 65-72
Fish Community in Different Mangrove Habitat in Banyuurip Ujung Pangkah – Gresik Regency Mangroves are an important habitat for fish communities, as spawning, growing and foraging areas. This study aims to compare the species composition, presence frequency and structure of fish communities in different mangrove habitats. The research was conducted at Banyuurip Mangrove Center, Ujung Pangkah District, Gresik Regency, East Java, during July-August 2020. Determination of purposive sampling locations based on physical differences in mangrove habitats. Systematic sampling method was used to estimate the number of mangrove species using belt transects. Fish sample collection uses basic gill nets that are placed at high tide in each mangrove habitat. The results showed that the total number of individual mangrove vegetation was 505 from 12 species, the number of species and individual mangrove vegetation differed between habitats, and the highest was found in coastal mangrove habitats. The number of fish was found as many as 181 individuals from 11 species, 10 families and 5 orders. The number and composition of species, families and fish orders differ between mangrove habitats, with the highest number in coastal mangrove habitats. Mozambique tilapia (Oreochromis mossambicus) dominate the estuary mangrove habitat and giant trevally (Caranx sexfasciatus) dominate the coastal mangrove habitat. There are variations in the structure of fish communities between mangrove habitats, the dominance index value of the fish community in the estuary mangrove habitat is higher and in the medium category, while the coastal mangrove habitat is in the low category. On the other hand, the diversity index value of the fish community in the coastal mangrove habitat is in the high category and the estuary mangrove habitat is in the low category. Vivi Dwi RohmawatiViviDwiRohmawatiHusain LatuconsinaHusainLatuconsinaHasan ZayadiHasanZayadi Research Article Open Access 05 Apr 2021 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.14.1.73-79 PDF (1MB) 252 views Abstract 519 views Volume 14, No. 1, P: 73-79
Utilization Of Underwater Submersible Light Led To Fish Swimming Activity On Fixed Liftnet Operated In Mangrove Fixed chart fishing focuses on utilization of light aids for attract fish. Underwater submersible light ((Lacuda) LED is one of the assistive technologies that are environmentally friendly, be the subject of study in determining the characteristics of the movement or fish swimming groupings based on the operating time of the fishing gear and can be detected by hydroacoustic devices. The research method used is descriptive exploratory method by participating in fishing operations in the waters of Laikang Bay from April to September 2020. The results of the observations made at 18:00-05:00 Wita every trip shows that fish swimming activity after midnight tends to be higher than before midnight and at midnight. Based on the hydroacoustic detection of fish swimming activity in the form of solitary, medium and large groups at an average depth of 2-6 meters at 03:00-05:00 Wita. The amount of catch in hauling I is 138,4 Kg while hauling II is 157,3 Kg. The type of catch is small pelagic fish and demersal fish. Husni AngreniHusniAngreniIbnu Malkan HasbiIbnuMalkanHasbiJumrawati JumrawatiJumrawati Research Article Open Access 13 Dec 2020 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.13.2.493-499 PDF (1MB) 146 views Abstract 427 views Volume 13, No. 2, P: 493-499
Analisis kualitas air ekosistem mangrove di estuari Perancak, Bali Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas air mangrove alami dan rehabilitasi, meliputi DO, salinitas, suhu, pH, nitrat, dan ammonia serta fraksi sedimen. Penelitian dilaksanakan pada Januari hingga Maret 2011 bertempat di estuari Perancak, Bali. Data dianalisis di Balai Riset Observasi Kelautan (BROK) Jembrana, Bali. Pengukuran kualitas air dan fraksi sedimen dibagi kedalam 4 (empat) sub-lokasi pada masing-masing lokasi. Masing-masing sub-lokasi mewakili kondisi dan karakter lingkunga, yakni dekat muara, pertengahan dan jauh dari muara. Pengukuran dilakukan insitu dan laboratorium. Kualitas air dan fraksi sedimen masing-masing zona di analisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kualitas perairan pada daerah mangrove alami memiliki kisaran yang luas (DO antara 1,75-3,54 mg/l, suhu antara 29,08-30,50oC, salinitas antara 20,16-38,27‰, pH antara 7,99-8,13, NO3 antara 0,1391-0,4037 mg/l serta NH4 antara 0,0539-0,1423 mg/l) dibanding pada daerah mangrove rehabilitasi dengan kisaran kualitas air sempit (DO antara 1,85-2,20 mg/l, suhu antara 29,01-29,41oC, salinitas antara 17,41-22,87 ‰, pH antara 7,86-7,97, NO3 antara 0,1590-0,2693 mg/l dan NH4 antara 0,0857-0,0947 mg/l). Fraksi sedimen pada daerah mangrove rehabilitasi komponen pasir dan liat dalam porsi yang relatif kecil dibanding dengan daerah mangrove alami. Selain itu, komposisi fraksi sedimen pada mangrove alami cenderung lebih stabil dibanding mangrove rehabilitasi cenderung fluktuatif. Perbedaan kualitas air dan fraksi sedimen diduga kuat memperngaruhi struktur dan komposisi mangrove, gastropoda dan bivalvia yang ada di lokasi tersebut. Selain itu, perbedaan tersebut terkait erat dengan kestabilan ekosistem dan keberadaan muara sungai yang diduga turut berpengaruh terhadap kondisi tersebut. Susiana SusianaSusiana Research Article Open Access 16 May 2015 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.8.1.42-49 PDF (777KB) 2272 views Abstract 2945 views Volume 8, No. 1, P: 42-49
Karakterisasi Ekonomi Pesisir Kabupaten Sidoarjo Berbasis Pengkayaan Keragaman Mangrove Pesisir Kabupaten Sidoarjo masih banyak ditumbuhi tanaman mangrove, keragamannya harus dipertahankan. Di sisi lain, upaya pemberdayaan wanita sebagai instrumen sumberdaya manusia sangat penting dalam pemanfaatan sekaligus pelestarian tanaman mangrove. Tujuan penelitian adalah untuk mengamati dan mendeskripsikan jenis tanaman mangrove yang banyak ditemukan di pesisir Kabupaten Sidoarjo; sekaligus menyusun bentuk pemanfaatan mangrove melalui program pemberdayaan wanita pesisir. Penelitian bersifat deskriptif, dimana peneliti menggunakan metode sederhana secara bertahap; dimulai dari survey terestris, melakukan pencatatan langsung, wawancara dengan pemangku kepentingan setempat, pemetaan hingga men-simulasi kepadatan beberapa jenis tanaman mangrove yang populasinya dianggap banyak sehingga layak untuk sumber ekonomi. Jangka waktu pengamatan dilakukan sejak tahun 2011 hingga 2015. Survey dilakukan secara periodik, sekali setiap 6 bulan. Wilayah yang diamati adalah kecamatan Sedati, Buduran, Sidoarjo Kota, Candi, Tanggulangin dan Porong, di Kabupaten Sidoarjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanaman yang paling banyak ditemukan adalah family rhizoporaceae, avicenniaceae, sonneratiaceae, excocariaceae, dan meliaceae (xylocarphus dan nypha). Semua jenis tanaman tersebut pada dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi; namun masih belum diwujudkan secara sungguh-sungguh. Terdapat kesalahan persepsi yang seringkali berakibat perilaku masyarakat dalam memanfaatkan mangrove justru menjadi destruktif dengan memanfaatkan kayunya. Padahal, industrialisasi tanaman mangrove tidak diutamakan untuk diambil kayunya melainkan daun, bunga, kulit, getah dan buah atau hipokotilnya. Selain itu, jenis mangrove lainnya yang tidak dominan harus dilakukan pengkayaan keragaman dengan tujuan sebagai sumber ekonomi baru. Terdapat pula potensi peningkatan pendapatan 3 - 5 juta rupiah per kepala keluarga per bulan yang belum tergarap melalui pengembangan pola kemitraan dengan industri makanan, minuman, kosmetika dan farmasi. Titis IstiqomahTitisIstiqomah Research Article Open Access 31 Jul 2018 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.11.1.13-18 PDF (1MB) 155 views Abstract 851 views Volume 11, No. 1, P: 13-18
Analisis nilai ekonomi hutan mangrove di Kabupaten Muna (Studi kasus di Desa Labone Kecamatan Lasalepa dan Desa Wabintingi Kecamatan Lohia) Penelitian dilaksanakan bulan Juni–Desember 2013 di Desa Labone, Kecamatan Lasalepa dan Desa Wabintingi, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna tentang nilai ekonomi hutan dengan pendekatan nilai pasar menggunakan instrumen kuisioner dan wawancara mendalam. Data pengukuran vegetasi hutan dan nilai ekonomi dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis menunjukkan nilai penutupan 18,347%, 27,932% dan 3,766% (Ci<50%). Hutan mangrove di Desa Wabintingi, nilai penutupan 104,909%, 25,480% dan 37,691 (Ci>75%). Kondisi hutan mangrove Desa Wabintingi lebih baik dibanding hutan mangrove Desa Labone. Jenis pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove di Desa Labone yakni penambangan pasir, pengambilan kayu bakar komersial, pengrajin atap nipa, penangkapan kepiting, ikan dan pengumpulan kerang-kerangan. Sementara di Desa Wabintingi yakni pengrajin atap daun nipa, penangkapan kepiting, udang, ikan, dan pengumpulan kepiting. Manfaat tidak langsung berupa penjaga abrasi pantai, siklus makanan dan penyedia bahan organik, dan sebagai penyerap karbon. Nilai ekonomi Desa Labone mencapai Rp.131.076.911,- per hektar per tahun atau sebesar Rp.2.836.335.023,- per tahun dengan sumbangan terbesar bersumber dari manfaat tidak langsung sebesar 95,10%, manfaat pilihan 2,88%, manfaat keberadaan 1,57% dan manfaat langsung 0,45%. Sementara nilai ekonomi Desa Wabintingi mencapai Rp.135.116.100,- per hektar per tahun, dengan sumbangan tersbesar bersumber dari manfaat langsung aktual 63,57%, manfaat tidak langsung 34,55%, manfaat keberadaan 1,78% dan manfaat pilihan 0,10%. Abdul RakhfidAbdulRakhfidRochmady RochmadyRochmady Research Article Open Access 30 Dec 2013 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.6.0.82-104 PDF (Bahasa Indonesia) (1MB) 563 views Abstract 1812 views Volume 6, No. Supplement, P: 82-104
Komposisi jenis dan kerapatan mangrove di Pesisir Arafura Kabupaten Merauke Provinsi Papua Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui komposisi jenis dan kepadatan mangrove di pesisir laut Arafura, Merauke. Penelitian ini sangat penting dan utama, untuk mempertahankan fungsi dan manfaat hutan mangrove sebagai ekosistem kunci dan penunjang kawasan pesisir laut Arafura. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada September-Desember 2014, lokasi dibagi menjadi 3 stasiun, pengambilan data menggunakan metode observasi, transek dan plot ukuran 10x10m. Jenis-jenis mangrove yang ditemukan diidentifikasi, data jumlah individu/jenis digunakan untuk menghitung kerapatan jenis per luas area, dilanjutkan dengan analisis diskriptif kualitatif. Ekosistem mangrove Pesisir Arafura Kabupaten Merauke di stasiun I. Karang Indah memiliki 14 jenis mangrove dengan katagori padat dan baik (1200 pohon/ha dan penutupan jenis 91.4). Stasiun II. Samkai, memiliki 4 jenis mangrove, Stasiun III Rimba Jaya, memiliki 8 spesies, kedua stasiun ini sama-sama memiliki kreteria rusak. Komposisi spesies dan kepadatan ekosistem mangrove di pesisir ini sangat dipengaruhi oleh degradasi dan eksploitasi ekosistem. Siti MasiyahSitiMasiyahSunarni SunarniSunarni Research Article Open Access 12 May 2015 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.8.1.60-68 PDF (Bahasa Indonesia) (677KB) 960 views Abstract 1749 views Volume 8, No. 1, P: 60-68
Community Livelihood Shifts in the Face of Mangrove Forest Destruction (Case Study of Salemba Village, Ujung Loe District, Bulukumba Regency) Community livelihood shifts in the face of mangrove debt destruction, in Salemba village, Ujung Loe district, Bulukumba regency. Resulting in damage to residents' ponds and a shift in livelihoods, social and environmental problems become the main thing as a result of logging. This research uses qualitative methods with descriptive analysis including data collection, data presentation, and conclusion drawing. Data collection was carried out using observation, interview and documentation techniques. The results of this study indicate that the logging of mangrove debt greatly changes the order of society that used to be the social function of mangrove debt goes well and also the absence of mangrove reforestation efforts. Ahmad MuhajirAhmadMuhajirAndi HarisAndiHarisZakaria ZakariaZakariaMuhammad SabiqMuhammadSabiq Research Article Open Access 25 Feb 2023 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.16.1.9-14 PDF (355KB) 42 views Abstract 212 views Volume 16, No. 1, P: 9-14
Analisis struktur dan status ekosistem mangrove di Perairan Timur Kabupaten Biak Numfor Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2015 bertempat di Kabupaten Biak Numfor dengan menggunakan metode survey untuk mengetahui komposisi serta nilai-nilai Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Dominasi (D), Dominasi Relatif (DR), dan Indeks Nilai Penting (INP) dari setiap jenis vegetasi mangrove. Hasil penelitian menunjukan bahwa struktur komunitas hutan mangrove di pesisir Kabupaten Biak Numfor terdiri dari 8 jenis yang terbagi dalam 5 family dengan kerapatan jenis tertinggi pada jenis Rhizophora apiculeta dan Senoratia alba sedangkan frekuensi kehadiran umumnya adalah Bruguiera gymnorrhiza dan Senoratia alba. Hasil lain menunjukan bahwa kondisi hutan mangrove di pesisir Timur Kabupaten Biak Numfor telah mengalami penurunan akibat pemanfaatan yang berlebihan. Bernhard KatiandaghoBernhardKatiandagho Research Article Open Access 07 May 2015 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.8.1.8-12 PDF (Bahasa Indonesia) (465KB) 178 views Abstract 756 views Volume 8, No. 1, P: 8-12
Study on the Potential for Development of Ra'ra Mangrove Ecotourism in Balang Baru Village, Tarowang District, Jeneponto Regency, South Sulawesi This study aims to determine the potential of mangrove ecotourism and to determine the level of suitability of mangrove ecotourism. It is hoped that it can provide information and references for the management of ecosystem areas and contribute to analyzing the potential level of mangrove ecotourism development. This research was carried out in August-October 2021, then data analysis and report preparation was carried out until March 2022. Ecotourism suitability analysis is a study to assess the suitability of an activity carried out in an area according to resource potential and its designation by considering various parameters. The mangrove forest environment is expected to provide lessons for visitors and the surrounding community. The ecotourism potential of Ra'ra mangroves has a natural tourist attraction with an area of approximately 15.29 ha which consists of various kinds of activities that can be carried out by visitors, including enjoying the mangrove forest ecosystem with various kinds of flora and fauna, a 200-meter mangrove track. In addition, there is an area of 7.79 ha which can be used as a mangrove conservation location. the total value of IKW is 23. The number of Ecowisa Ra'ra Tourism Conformity Index is 58.97 with the Conformity Category which is in accordance with the Standards of the Tourism Conformity Index. Danial DanialDanialSyahrul SyahrulSyahrulHamsiah HamsiahHamsiahBeddu TangBedduTangAlifah M. AnwarAlifahM.Anwar Research Article Open Access 09 May 2022 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.15.1.84-90 View Abstract 137 views Volume 15, No. 1, P: 84-90
Biodiversitas mangrove di Kabupaten Merauke Propinsi Papua Kerusakan mangrove di Indonesia secara umum disebabkan adanya koversi lahan mangrove menjadi tambak ikan atau udang. Di kabupaten Merauke kerusakan mangrove terjadi dikarenakan penggalian pasir dan pemanfaatan mangrove sebagai bahan bangunan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi mangrove serta kondisi mangrove di Kabupaten Merauke provinsi Papua selatan. Penelitian ini sangat penting dan utama dikarenakan selama ini penelitian INP mangrove di Kabupaten Merauke belum Pernah dilakukan. Pengambilan sampling pada penelitian dilakukan pada tiga Distrik antara lain Naukenjerai (Kampung Nasem) Distrik Merauke (Kampung Payum) dan Distrik Semangga (Kampung Kumbe) dengan metode transek sebanyak 6 transek dengan ukuran 100 x 100m. Hasil penelitian dari Identifikasi mangrove di Kabupaten didapatkan didapatkan jumlah jenis mangrove 8 jenis mangrove pada Distrik Naukenjerai antara lain Avicennia alba, A. eucalyptifolia, Aegialitis annulata, Aegliceras floridum, Brugueira cylindrica, Acanthus ilicifolus, Sonneratia alba dan R. mukronata dengan jenis mangrove Avicennia sp lebih dominan, Distrik payum 11 jenis mangrove antara lain Avicennia alba, A. eucalyptifolia, Aegialitis annulata, Aegiceras corniculatum, Aegliceras floridum, Acanthus abractearus, Brugueira cylindrica, Acanthus ilicifolus, R. mukronata, R. stylosa, dan Sonneratia alba dengan jenis Avicennia sp lebih dominan sedangkan Distrik Kumbe didapatkan 13 jenis mangrove antara lain Avicennia alba, A. eucalyptifolia, Aegialitis annulata, Aegliceras floridum, Brugueira cylindrica, Acanthus ilicifolus, B. gymnorhiza, B. hainessii, Ceriop decandra, Bruguiera sexangula, R. mukronata, R. stylosa, dan Sonneratia alba dengan jenis mangrove Rhizophora sp. lebih melimpah daripada yang lain. Siti MasiyahSitiMasiyah Research Article Open Access 04 May 2017 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.10.1.1-7 PDF (Bahasa Indonesia) (542KB) 324 views Abstract 850 views Volume 10, No. 1, P: 1-7
Composition and Condition of Mangrove Forest in Tarnana Island Subdistrict South Jailolo, North Maluku Province The mangrove ecosystem is one of the main ecosystems in the coastal area which is very productive, but is very vulnerable to changes or external influences. As a vulnerable ecosystem, mangrove ecosystem management has to concern the integration of the community's ecological, economic and socio-cultural aspects so that optimal and sustainable management is achieved. The research objectives were to know the composition of mangrove species, to determine the structure of the mangrove forest community (species diversity, species dominance, uniformity, species density, species cover) and to determine the condition of mangrove forests on Tarnana Island, Jailolo Selatan District. This research was conducted on Tarnana Island, Jailolo Selatan District, and West Halmahera Regency in January - February 2021. The sampling method was carried out using the spot check method. Sampling was carried out at the lowest tide by using 5 line transects and each line transect placed 5 plots. Data analysis included species diversity, species dominance, uniformity, species density and species cover. The composition of mangrove species on Tarnana Island was obtained as many as 8 species, namely Rhizophora apiculata, R. stylosa, Bruguirea gymnorrhiza, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Sonneratia alba, Xylocarpus granatum and Avicennia alba. The structure of the mangrove community has moderate species diversity, no dominant species and moderate uniformity. The condition of the mangrove forest on Tarnana Island is in the damaged category with rare density. Adi Noman SusantoAdiNomanSusantoMesrawaty SabarMesrawatySabarSalim AbubakarSalimAbubakarSunarti SunartiSunartiYuyun AbubakarYuyunAbubakar Research Article Open Access 17 May 2021 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.14.1.99-107 PDF (1MB) 84 views Abstract 295 views Volume 14, No. 1, P: 99-107
Analisis ekologi mangrove sebagai dasar rehabilitasi di Pesisir Arafura Samkai Distrik Merauke Kabupaten Merauke Provinsi Papua Pesisir Payum-Lampu satu merupakan salah satu pesisr yang secara geografis berhadapan langsung dengan Laut Arafura. Metode yang digunakan menggunakan metode transek 10 x 10m dengan mengambil sampel pada ekosistem mangrove yang rusak maupun mangrove yang baik. Hasil Penelitian didapatkan kerusakan mangrove di pantai payum disebabkan kareana adanya aktifitas masyarakat sebagai penggali pasir dan memanfaatkan kayu mangrove sebagai bahan bangunan. Hasil pengukuran luasan mangrove yang rusak dengan mengambil koordinat pesisir Kampung payum memiliki panjang mangrove yang rusak 1478,6 m atau 1,5 km dengan lebar mangrove antara 127–80 m sehingga didapatkan luasan mangrove yang rusak kurang lebih 2 ha. Adapun koordinat mangrove yang rusak mulai dari 8,517450 LS - 140, 407750 BT sampai 8,550040 LS - 140, 419770 BT. Pesisir Lampu satu memiliki luasan mangrove yang lebih kecil daripada Payum. Penentuan Panjang mangrove yang rusak didapatkan koordinat 8,500490 LS - 140,375410 BT Sampai 8,498320 LS - 140,367260 BT. Memiliki Panjang pesisir dengan mangrove yang rusak 374 m dengan titik koordinat pengukuran pada titik awal: 8, 501040 LS - 140, 369040 BT yang merupakan lebar mangrove yang rusak. Hasil Analisis kualitas air di pesisir payum COD: 22,12 - 25,13 ppm, DO: 4,63 - 8,13 ppm, 20,46 - 21,34 ppm, phosphate: 0,020 - 0,045 ppm, nitrat 0,005 - 0,009 ppm sedangkan pada pesisir lampu satu didapatkan COD: 20,72 - 28,17 ppm, DO: 3,58 - 8,79 ppm, BOD: 20,11 - 21,39 ppm Phosphate: 0,019 - 0,060 ppm dan nitrat 0,009 - 0,059 ppm. Analisis kualitas air dengan perbandingan baku mutu kualitas air Kepmen LH No.53 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota. Dan didapatkan sesuai untuk kelangsungan hidup biota. Sedangkan untuk biota yang berasisiasi didapatkan 14 jenis gastropoda dan I jenis bivalvia, di Payum didapatkan. Sedangkan di pesisir payum didapatkan 9 jenis gastropoda dan 3 jenis bivalvia. Sedangkan untuk jenis ikan yang tertangkap pada ekosistem mangrove yang rusak maupun yang baik didapatkan 10 jenis ikan. Pasang surut yang terdapat pada kedua stasiun sama dimana pasang tertinggi 4,1 m dan pasang terendah 3,7 dengan kedalaman pada ekosistem mangrove Payum lebih besar dari pada Lampu Satu. Siti MasiyahSitiMasiyahNova MonikaNovaMonika Research Article Open Access 08 Oct 2017 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.10.2.29-35 PDF (Bahasa Indonesia) (559KB) 361 views Abstract 1440 views Volume 10, No. 2, P: 29-35
Analisis Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Di Desa Mare Kofo Kota Tidore Kepuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis pemanfaatan dan menganalisa nilai ekonomi hutan mangrove di Desa Mare Kofo Kota Tidore Kepulauan. Metode penelitian dengan pengambilan sampel yang dipilih secara sengaja (purfosive) dari masyarakat disekitar hutan mangrove serta yang memiliki akses terhadap hutan mangrove. Nilai Manfaat langsung yang diperoleh masyarakat di sekitar hutan mangrove (local direct use value) didekati dengan laba bersih yang dihasilkan untuk penggunaan lokal. Manfaat tidak langsung didekati dengan metode Replacement cost (metode biaya pengganti). Pendekatan tersebut digunakan untuk mengestimasi nilai manfaat fisik, biologis dan ekoogis sumber daya hutan mangrove dengan kriteria dan standar penilaian. Untuk estimasi nilai manfaat pilihan menggunakan pendekatan benefit transfer. Sementara itu estimasi nilai manfaat keberadaan dengan menggunakan metode Contingent Valuation. Hasil penelitian pemanfaatan langsung hutan mangrove oleh responden di Desa Mare Kofo yaitu: Pemanfaatan kayu bakar, ikan, kerang, cumi dan kepiting. Total nilai ekonomi pemanfaatan hutan mangrove di Desa Mare Kofo yaitu: manfaat langsung sebesar Rp. 34.542.515,59/ha/tahun, manfaat tidak langsung sebesar Rp. 153.285.120,17/ha/tahun, manfaat pilihan sebesar Rp. 171.897,38/ha/tahun, dan manfaat keberadaan sebesar Rp. 4.800.000/ha/tahun, sehingga total nilai ekonomi yaitu sebesar: Rp. 192.799.533,1/ha/tahun. Sabaria NiapeleSabariaNiapeleMuhammad Hi. HasanMuhammadHi.Hasan Research Article Open Access 05 Oct 2017 Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan 10.29239/j.agrikan.10.2.7-16 PDF (Bahasa Indonesia) (611KB) 685 views Abstract 1434 views Volume 10, No. 2, P: 7-16